Hampir semua masalah rumah tangga diawali oleh mulai merosotnya respek terhadap pasangan kita. Respek itu sangat berkaitan dengan masalah-masalah lainnya dan bisa menjadi awal merosotnya hubungan kita dengan pasangan kita. Respek itu sebetulnya harus dipupuk dari yang lebih sederhana yaitu kekaguman, menikahlah dengan orang yang kita kagumi.
Kekaguman menjadi modal tumbuhnya respek, namun kalau tidak ada kekaguman yang sungguh-sungguh kagum, itu tidak akan bertumbuh menjadi respek.
Menghargai atau respek pada asangan kita harus muncul atau harus didasari atas satu faktor yaitu PENERIMAAN, kita mesti menerima pasangan kita apa adanya, baik kekurangan maupun kelebihannya. Setelah menikah kalau kekurangannya itu berubah makin hari makin baik ..itu bonus, kalau tidak berubah ..tetap arus kita terima.
Dengan kata lain sewaktu kita mau menikah yang baik adalah kita justru tidak menitikberatkan pada pengharapan pasangan kita akan berubah.
Jadi faktor penerimaan diri pasangan itu adalah prasyarat munculnya respek, selama kita belum bisa menerima pasangan kita apa adanya tidak mungkin kita akan repek kepada pasangan kita.
Kebanyakan kita mempunyai satu pengharapan bahwa pernikahan kita akan membawa kebahagiaan, dalam pengeritan membuat hidup kita lebih bahagia. Tidak , itu tidak tepat. Sebab mencocokkan dir danmenyesuaikan diri dan hidup dengan orang yang berbeda tidak selalu membawa kita kepada kebahagiaan tapi yang sudah pasti adalah pada saat kita bisa bekerja sama dan meluruskan garis yang bengkok, kita akan bertambah dewasa.
Dan sekali lagi yang Tuhan minta adalah seseorang bisa mengasihi suami atau istrinya sedemikian rupa seperti dai mengasihi dirinya sendiri.
Hal yang sangat perlu kita perhatikan agar kita dapat menghargai an menerima pasangan kita adalah kita mesti kembali memikirkan dengan teliti dan mengingat kembali hal apa yang kita sukai tentang pasangn kita. Dan kita jga mesti menyadari dan menerima bahwa seringkali dibalik faktor kekuatan terdapat faktor kelemahan. Misalnya kita menyukai sesorang karena orangnya tegar, tidak pantang menyerah. Setelah menikah baru kita sadari dibalik kekuatan tersebut terdapat sikap yang bebal, tidak mudah mendengarkan masukan, keras kepala, tidak bisa menghargai komentar atau saran kita.
Memang kita mesti menyadari bahwa ini semua dalam paket yang sama, jadi waktu kita menhargai itu berarti kita menghargai sisi yang kuatnya. Dan menerima berartikita menerima sisi yang satunyayang tidak kita sukai.
Ada 2 hal yang saya ingat waktu ikut parenting class di gereja, bahwa kita menikah itu kita bukan hanya menikah dengan si suami/istri..tapi menikah dengan 1 paket yaitu beserta keluarganya juga. Dalam artian kita tidak bisa hanya menerima pasangan kita, tetapi kita harus menerima juga keluarganya. Entah mertua yang cerewet, atau kakak/adik yang masih butuh bantuan dana. Semua itu dalam 1 paket. Demikian juga artinya segala kekurangan dan kelebihan pasangan itu juga masih dalam 1 paket. Jadi tidak bisa kita mau terima pasangan tapi mertua No..jauh-jauh..
Hal lainnya yang saya paling ingat sampai sekarang..yaitu tiap orang punya kebiasaan. Pasangan yang punya kebiasaan yang baik pasti ga ada masalah dong ya.. Tapi bagaimana dengan kebiasaan buruk ? Ngupil misalnya (haiiissss), atau kebiasaan taruh barang sembarangan, kebiasaan makan angkat kaki, segudang kebiasaan buruk yang jadi pantangan buat kita...Ini juga yang disebut 1 paket lainnya. Kalau bisa diubah, baguuus..kalau tidak ?
Prinsipnya menjadi "Ubahlah apa yang bisa diubah, dan terimalah apa yang tidak bisa diubah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your comment pleaaseee